
Bisnisia.com.CO.ID - NEW YORK Wall Street sedikit mengalami kenaikan pada hari Rabu (10/4) usai para investor membeli saham sektor teknologi dengan harga terjangkau guna merespons ketidakstabilan pasar akibat perselisihan tariff antara AS dan Cina.
Pukul 09:52 pagi waktu lokal, Dow Jones Industrial Average meningkat sebesar 94,72 poin atau 0,25%, mencapai angka 37.740,31. Di saat yang sama, indeks S&P 500 menanjak dengan tambahan 31,96 poin atau kenaikan 0,64% hingga berada di posisi 5.014,73. Selain itu, Nasdaq Composite juga meroket sebanyak 222,93 poin atau bertambah 1,46% dan berakhir pada titik 15.490,84.
Mayoritas saham di sektor teknologi menunjukkan pertumbuhan, dimana Apple dan Nvidia setiap satu meningkat kurang lebih 2,5%, sedangkan Microsoft naik sekitar 1,2%. Secara total, industri teknologi memperlihatkan peningkatan sebesar 1,5%.
"Kebiasaan membeli saat harganya jatuh sangat kuat, dan penurunan pada saham sektor teknologi membuatnya semakin menggoda untuk para pemodal," kata Chris Beauchamp, Kepala Strategi dari IG.
Walaupun telah meningkat, tiga indikator utama tersebut tetap merosot lebih dari 10% dibandingkan dengan posisi sebelum pengumuman tariff balas dendam oleh Amerika Serikat seminggu yang lalu. Pemerintah Cina membalas dengan menaikkan tariff impor atas produk-produk AS hingga 84%, naik dari angka 34% pada awalnya, dan berlaku efektif tanggal 10 April.
Pertambahan tensi dalam perdagangan menyebabkan para pemodal mengalihkan investasinya dari saham, barang-barang Industri, serta surat utang negara. Kecemasan ini semakin memperparah khawatir tentang efek yang mungkin dialami oleh perkembangan ekonomi Amerika Serikat, khususnya saat mendekati masa pelaporan finansial korporasi.
"Sekali waktu bertambahnya perselisihan ini serta penebalan tindak balasan, keyakinan para investor dan konsumen pun akan semakin menurun," ujar Sam Stovall, yang merupakan Chief Investment Strategist di CFRA Research.
Dalam bidang kesehatan, harga saham di sektor farmasi mengalami penurunan menyusul pengumuman ulangan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang rencana untuk menerapkan bea masuk yang signifikan terhadap produk obat-obatan. Saham Eli Lilly merosot sebesar 3,7%, sementara itu Abbott Vieve juga ikut jatuh dengan persentase penurunan mencapai 4,1%.
Pada saat yang sama, saham di sektor energi mengalami penurunan. Saham Exxon Mobil serta Chevron keduanya merosot lebih dari 1,5%, berbarengan dengan harga minyak mentah yang anjlok hingga mencapai posisi terendahnya dalam lebih dari empat tahun.
Indeks Volatilitas CBOE, yang kerap dikenal sebagai barometer kecemasan Wall Street, hampir mencapai titik tertingginya sejak bulan Agustus tahun lalu dengan angka 51,66 poin.
Di bursa obligasi, para investor menjual surat utang pemerintah Amerika Serikat yang mereka miliki, sehingga membuat tingkat pengembalian menjadi lebih tinggi. Tingkat pengembalian untuk obligasi jangka waktu sepuluh tahun hampir menyentuh titik tertingginya sejak akhir bulan Februari di angka 4,356%, dan bisa saja mencetak kenaikan harian terbesarnya sepanjang masa sejak tahun 2001.
Perhatian para investor saat ini tertumpu pada dokumen hasil pertemuan kebijakan Federal Reserve untuk bulan Maret yang akan dipublikasikan hari ini, dan juga laporan tentang indeks harga konsumen yang direncanakan rilisnya besok Kamis. Kedua informasi tersebut diharapkan bisa memberikan pandangan tambahan terkait dengan perkembangan laju inflasi.
Pada bagian lainnya, saham perusahaan-perusahaan asal China yang tercatat di Bursa Amerika Serikat mengalami penurunan pasca pengungkapan tentang tariff balas-balikan oleh pihak berwenang Cina. Sementara itu, dana etf iShares MSCI China bertambah nilainya sebesar 3,6%.
Pada saat bersamaan, saham Delta Air Lines naik sebesar 6,1% usai mengumumkan bahwa mereka telah meraih laba pada kuarter pertama melebihi perkiraan pasar. Meskipun demikian, perusahaan penerbangan tersebut mengurangi ramalan finansialnya untuk tahun 2025 dan memprediksikan bahwa hasil operasional berikutnya akan lebih rendah dari harapan.
Pada pasar saham, ada lebih banyak saham yang mengalami penurunan dibandingkan kenaikan, dengan perbandingan sebesar 1,63 banding 1 di Bursa Saham New York (NYSE) serta 1,14 banding 1 di Nasdaq. Indeks S&P 500 gagal memperbarui level tertingginya selama 52 minggu ini namun berhasil menandai 90 poin terendah baru. Di sisi lain, indeks Komposit Nasdaq menyertakan tiga titik tertinggi baru bersama-sama dengan 391 titik terendah baru.
0 Comments