Familia Phasianidae merupakan grup dari burung-burung bersuara yang memiliki warna mencolok dan kebanyakan waktu hidupnya dihabiskan di darat. Terdapat total 54 genus serta 185 jenis burung unik dalam familia Phasianidae tersebut. Beberapa contohnya meliputi burung menari, pheasant, kokos asahan, dan burung sepit. Untuk kasus terakhir yaitu burung sepit (termasuk dalam kategori genospecies), Lophura ) terdiri dari 11 jenis yang beragam dan salah satunya yang paling mendapat perhatian adalah sempidan-merah melayu ( Lophura erythrophthalma ).
Warna dasar bulu sempidan-merah melayu adalah hitam metalik dengan nuansa biru atau hijau. Tetapi, masih ada banyak variasi warna lainnya tersebar di seluruh tubuh burung ini, misalnya titik-titik putih pada sayap atas dan punggung, serta warna kuning atau coklat pada ekornya. Tentu saja, area kepala dan sisi punggung mereka memiliki warna kemerahan. Ukuran sempidan-merah melayu hampir sama dengan seekor ayam rumah tangga. Burung-burung tersebut panjangnya berkisar antara 42 sampai 51 sentimeter dan berat badannya antara 837 sampai 1.194 gram. Jantan umumnya sedikit lebih besar daripada betina.
Di luar tampilannya, masih banyak aspek lain dari sempedaan-merah melayu yang perlu dipelajari. Salah satunya ialah kondisi jumlahnya yang mulai memprihatinkan, terlebih lagi dalam rentetan waktu beberapa tahun terakhir. Mari kita berkenalan lebih dekat dengan spesies burung indah tersebut!
1. Sebaran peta serta lingkungan asli hewan tersebut

Ternyata, sempidan-merah melayu hidup tidak jauh dari kita. Jenis burung yang menarik ini dapat ditemui di Semenanjung Malaya, mencakup area selatan Thailand, Malaysia, dan juga Singapura, sementara itu juga bisa ditemukan di Pulau Sumatra, Indonesia. Walaupun gambaran penyebarannya tampak sangat luas, populasinya sesungguhnya tersebar secara terpisah dalam wilayah-wilayah tersebut.
Untuk preferensi tempat tinggal yang disukai, spesies burung tersebut senantiasa memilih ekosistem hutan hujan tropis. Berdasarkan laporan tersebut, Zona Data oleh BirdLife Sempidan-merah Melayu berkeliaran di hutan dataran rendah dengan elevasi antara 0 sampai 300 meter dari permukaan laut. Seperti kelompok spesies lainnya, burung ini aktif di daratan untuk kegiatan sehari-harinya. Meskipun memang dapat terbang, Sempidan-Merah Melayu cenderung menggunakan keterampilan kakinya terlebih dulu; baru setelah itu mereka akan melakukan penerbangan singkat apabila merasakan ancaman.
2. Makanan favorit

Dalam hal makanan, sempidan-merah melayu termasuk dalam kategori hewan yang memakan segala sesuatu atau dikenal juga dengan sebutan omnivor. Animalia Menurut sumber tersebut, burung ini memakan aneka macam dedaunan, buah-buahan, serta sayuran yang ditemukan di tanah. Selain itu, untuk menambah variasi dietnya, mereka juga menyantap hewan-hewani berukuran kecil seperti serangga dan cacing.
Burung sempilan-merah melayu termasuk ke dalam kelompok hewan yang aktif pada siang hari atau disebut sebagai hewan diurnal. Ini berarti bahwa mereka cenderung melakukan sebagian besar aktivitasnya seperti mencari makan selama matahari masih bersinar cerah dan hanya istirahat setelah sunset. Dalam habitat aslinya, burung ini pun rawan dimangsanya oleh beberapa pemangsa seperti rubah, burung pemburu, kucing liar, serta musang.
3. Menjalani hidup di lingkungan kecil grup

Dalam kehidupan sehari-hari, sempidan-merah melayu cenderung berdampingan dengan individu-individu lainnya. Mereka dikenal mendirikan kumpulan-kumpulan yang lebih kecil dan tetap berkumpul di mana pun mereka melintas. Akan tetapi, kelompok miniatur tersebut cukup unik sampai-sampai layak disebut sebagai unit keluarga skala kecil.
Ternyata, susunan grup kera sempidan-merah melayu hanya terdiri dari sepasang jantan dan betina saja, demikian diinformasikan. Animalia Terkadang, juga terdapat sekelompok burung di mana satu ekor jantan hidup beriringan dengan beberapa betina. Di antara para anggotanya, terdapat pula anak-anak hasil pasangan utama yang tetap tinggal bersama orangtuanya hingga mencapai kematangan seksual.
Di luar sekedar berburu makan bersama, para burung sempidan-merah melayu ini akan selalu saling melindungi antara satu dengan lainnya. Jika ada individunya menemukan ancaman dari pemangsa, mereka akan memberi peringatan kepada kawan segrupnya. Selain itu, mereka juga membangun sarang bersama di dalam akar pohon raksasa tersebut untuk tempat berteduh dan berkembang biak.
4. Sistem reproduksi

Belum banyak informasi tentang sistem reproduksi cucak jenggot Melayu yang kita miliki sekarang, terlebih lagi untuk individu yang hidup di habitat aslinya. Ini karena mereka merupakan jenis burung yang cenderung pendiam dan sulit diamati oleh manusia. Diperkirakan musim kawin untuk cucak jenggot Melayu berlangsung antara bulan April hingga Juni.
Birds of The World Menurut laporan tersebut, seekor betina dari sempena merah Melayu bisa menghasilkan 4 hingga 5 butir telur per musim perkawinan dan meletakkannya di sarang. Menariknya, spesimen yang dirawat di penangkaran memiliki kemampuan untuk memproduksi hingga 6 butir telur. Sesudah ditetaskan, telur-telur ini akan melalui proses inkubasi selama 24 hari sebelum pada akhirnya menetas.
5. Status konservasi

Yang paling membuat khawatir tentang sempidan-merah melayu adalah penurunan jumlah populasi mereka. Mengacu pada Daftar Merah IUCN, informasinya untuk tahun 2022 mencatat bahwa spesies burung ini sekarang berada dikategori hampir punah (Critically Endangered), dan angka populasi terus merosot. Sebaliknya, jika dilihat dari statistik tahun 2016, kondisi sempidan-merah melayu saat itu baru masuk ke kategori rawan kepunahan (Vulnerable).
Ini berarti bahwa dalam waktu beberapa tahun saja, jumlah burung tersebut telah mengalami penurunan yang sangat signifikan. Antara tahun 2000 hingga 2016, perkiraan menyatakan bahwa sekitar 10 hingga 20 ribu ekor sempidan-merah melayu masih bertahan. Hingga saat ini, angka pasti tentang jumlah mereka belum ditentukan dengan detail; namun kerapatan populasi kini telah menurun menjadi di bawah 6 individu setiap kilometer persegi.
Dilansir IUCN Red List Penurunan signifikan jumlah merpati sempidan-merah melayu dipicu oleh degradasi lahan skala besar akibat aktifitas manusia di area distribusi alami mereka. Dengan adanya populasi yang tersebar terpotong-potong, dampak negatif pada lingkungan hidup menjadi semakin parah bagi spesies burung tersebut. Tambahan lagi, sempidan-merah melayu sering ditangkap tanpa izin lantaran dikenal sebagai jenis burung dengan tampilan memukau dan banyak dicari orang. aviary (kandang burung besar).
Pemerintah dari negeri-negeri tempat semburan merah Melayu berasal telah bertindak guna menyelesaikan permasalahan tersebut. Misalnya saja di Indonesia serta Malaysia, proteksi terhadap semburan merah Melayu telah diterapkan melalui langkah-langkah pelestarian dalam cagar alam atau taman nasional.
Terdapat juga aturan hukum yang melarang setiap orang mengejar atau merusak habitat burung tersebut, dengan sanksi tegas untuk mereka yang melanggarnya. Semoga saja, populasi burung indah itu bisa bangkit kembali, ya!
0 Comments