Analis Rusia: Rencana Turki Kirim Sistem Rudal S-400 ke Suriah Adalah Jebakan untuk Pesawat Militer Israel

Analis dari Rusia mengatakan bahwa Turki berencana untuk mengirim sistem pertahanan udara S-400 ke Suriah sebagai jebakan bagi pesawat tempur Israel yang melakukan serangan tanpa provokasi.

Bisnisia.com Analisis militer dari Rusia menyatakan bahwa rencana militer Turki untuk memindahkan sistem pertahanan antipesawat (Arhanud) jarak jauh S-400 Triumf produksi Rusia ke Suriah adalah sebuah "perangkap" bagi pesawat tempur Israel yang kian agresif dalam melancarkan serangan udara di wilayah Arab itu.

Sistem rudal pertahanan udara jangkauan panjang S-400 beserta dengan sistem pertahanan udara dekat hingga sedang milik Turki di Suriah bakal membentuk seperti payung perlindungan, mengamankan wilayah tersebut terhadap ancaman serangan udara dari Israel, demikian ungkap analisis Rusia bernama Igor Subbotin dalam tulisannya untuk situs web berita Nezavizimaya Gazeta.

Menarik pula, tujuan Turki tersebut menyiratkan bahwa mereka siap untuk menjauh dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Barat, terutama NATO, dengan melakukan transaksi senjata dengan Rusia.

Igor menyebut bahwa Turki merancang pemindahan sistem pertahanan antirudal jarak jauh S-400 menuju pangkalan udara Suriah yang ada di daerah Homs.

Pangkalan udara di daerah Homs yang dimaksudkan serta diduga adanya adalah Pangkalan Udara T-4 atau juga dikenal sebagai Tiyas.

Pangkalan Udara T-4 adalah basis udara terluas yang dikelola oleh Angkatan Udara Suriah selama pemerintahan rezim Assad.

Pangkalan Udara T-4 tidak hanya dikuasai oleh Angkatan Udara Suriah yang dipimpin Rezim Assad, tetapi juga dimanfaatkan oleh pasukan militer Iran untuk menyerang posisi grup ISIS di Suriah.

Lokasi terletak di sebelah utara Tiyas dan bagian barat dari kota kuno Palmyra.

Selama dekade 1970-an dan 1980-an, Pangkalan Udara T-4 (Tiyas) pun menjadi tempat bagi pesawat perang asal Rusia.

Media di luar negeri melaporkan bahwa Turki berniat merombak Pangkalan Udara T-4 menjadi markas pertahanan udara dengan menempatkan sejumlah sistem perlindungan antiair. Tujuan utamanya adalah menciptakan tingkat dan jaringan keamanan udara guna memelihara rezim Suriah yang baru terhadap serangan pesawat militer Israel.

Sistem pertahanan udara S-400 "Triumf" memiliki sejumlah bagian penting yang bekerja bersama dengan harmonis guna menjamin keberhasilannya dalam mengatasi ancaman di langit.

Komponen ini mencakup radar pengintaian utama (91N6E “Big Bird”) yang mampu mendeteksi berbagai jenis target udara pada jarak hingga 600 kilometer.

Sistem radar kontrol penembak (92N6E "Grave Stone") bertanggung jawab pula untuk mendeteksi serta membidik sasaran dan menjaga ketepatan dalam proses intercept.

Sistem ini juga dilengkapi dengan radar deteksi dini dan pelacakan (96L6E "Cheese Board") yang beroperasi pada jarak menengah sekitar 300 kilometer untuk meningkatkan akurasi deteksi.

Sistem senjata ini diperkuat oleh kendaraan pengangkat roket yang dapat bergerak (TEL), menyertakan rudal yang sudah siap untuk dilepaskan, bersama dengan pusat kontrol dan perintah (55K6E) yang bertugas memfasilitasi seluruh aktivitas secara otomatis.

Rudal yang dipakai memiliki beberapa tipe utama dengan rentang yang beragam, yakni 40N6 (400 km), 48N6 (250 km), serta 9M96 (40–120 km).

Seluruh komponen tersebut membuat S-400 menjadi salah satu sistem pertahanan udara tercanggih dan paling efisien, dengan kemampuan operasional dalam segala kondisi iklim serta dapat menghadapi beragam jenis ancaman langit sekaligus.

Sistem pelindung langit S-400 "Triumf" diciptakan oleh firma asal Rusia bernama Almaz-Antey, yang merupakan spesialis di bidang merancang sistem perlindungan udara dan angkasawan mutakhir.

Almaz-Antey juga memiliki tanggung jawab dalam produksi sistem pertahanan udara yang terkenal lainnya seperti S-300 dan S-500 Prometey.

Ini adalah salah satu perusahaan papan atas global yang menghasilkan sistem pertahanan udara, memiliki spesialisasi unggul pada bidang teknologi radar serta rudal.

Tolak Dari AS, Turki Beralih Ke Rusia

Pembelian sistem pertahanan udara S-400 oleh Turki adalah tindakan strategis yang menunjukkan pergeseran pada arah kebijakan pertahanan serta ikatan internasional negeri itu.

Pada tahun 2017 di bulan Desember, Turki mengadakan perjanjian bernilai kira-kira 2,5 miliar dolar AS dengan Rusia guna mendapatkan sistem rudal S-400 "Triumf".

Tindakan ini dilakukan usai gagalnya perundingan dengan AS tentang pembelian sistem pertahanan udara Patriot, bersamaan dengan keperluan urgent bagi Turki untuk memperkuat kapabilitas pertahanannya di langit, khususnya menyongsong potensi bentrokan di Suriah dan perselisihan yang timbul dengan Rusia.

Pilihan Turkey untuk membeli sistem rudal S-400 Triumf telah menambah tensiannya dengan AS dan NATO. Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa akuisisi tersebut merupakan ancaman bagi keutuhan sistem pertahanan udara gabungan mereka, mengingat produk dari Russia itu tak cocok dengan teknologi NATO dan bisa jadi sarana bocornya data rahasia.

Sebagai balasan, AS mencabut Turki dari proyek pesawat tempur generasi kelima F-35 di bulan Juli tahun 2019 dan menerapkan hukuman sanksi finansial dengan menggunakan Undang-Undang CAATSA pada Desember 2020.

CAATSA (Countering America's Adversaries Through Sanctions Act) merupakan peraturan yang ditetapkan oleh Kongres Amerika Serikat di tahun 2017 guna menerapkan hukuman sanksi terhadap neger-negera yang berinteraksi dalam bidang pertahanan serta militer bersama Rusia, Iran, dan Korea Utara.

Sasaran pokok dari CAATSA adalah untuk menghentikan transaksi antar negara di bidang pertahanan Rusia, yang secara tidak langsung akan menekan perekonomian Moskow serta kawan-kawannya.

Akan tetapi, langkah melalui undang-undang CAATSA ini turut memperkuat tensi diplomatis di antara Amerika Serikat dengan mitranya sendiri, misalnya Turki.

Walaupun menghadapi tekanan dari luar negeri, Turki terus meneruskan pembelian sistem rudal S-400, dan mereka sudah menerima kirimannya yang pertama di bulan Juli tahun 2019.

Tindakan tersebut merupakan usaha Turkey guna meningkatkan kedaulatan pertahanannya serta berkurangnya ketergantungannya terhadap sekutu lama, sambil juga menjaga keseimbangan dalam interaksi dengan kekuatan-kekuatan besar semisala Russia.

Boyong Juga Hisar-O

Di luar sistem pertahanan jarak jauh S-400, Turki dikabarkan juga akan mengirimkan sistem pertahanan udara dalam negeri bernama Hisar—mungkin berupa Hisar-O untuk perlindungan jarak menengah atau Hisar-A untuk perlindungan terdekat—untuk melindungi Pangkalan T4 serta memegang kendali atas ruang udara di area tersebut.

HISAR adalah sistem pertahanan udara yang diproduksi oleh ROKETSAN dengan kontribusi berupa roket, sedangkan ASELSAN bertanggung jawab dalam pengembangan komponen elektronik dari sistem tersebut.

Keduanya memulai pengembangan sistem pertahanan udara tersebut tak lama setelah menerima kontrak dari pemerintah Turki di tahun 2011.

Di tahun 2014, rudal HISAR-O akhirnya ditembakkan untuk kali pertama.

Türkiye sedang merancang sistem pertahanan udara HISAR untuk membentuk lapis bertenaga pertahanan udara mereka dengan tiga kategori: low-level (HISAR-A), medium-level (HISAR-O), serta high-level atau long-range (HISAR-U).

HISAR-O terbagi menjadi beberapa komponen utama: rudal berjarak sedang, sistem peluncuran untuk rudal tersebut, sistem kontrol penembakan, radar pertahanan udara yang terpasang pada tiang-tiang, serta sensor dengan teknologi electro-optic dan infra merah.

Ia menggunakan radar array bertahap 3D "ASELSAN KALKAN" untuk mendeteksi dan melacak hingga 60 target secara bersamaan.

Target dapat dideteksi sejauh 60 km menggunakan radar sistem HISAR-O.

Peluncur roket untuk sistem pertahanan udara jangka pendek HISAR-O menggunakan basis truk Mercedes-Benz 6x6 yang telah disematkan dengan enambu rudal berjalan jarak sedang.

Sistem pertahanan antiair jarak menengah HISAR-O dirancang guna melindungi basis militernya, anggota tentaranya, dermaga, serta sejumlah harta penting lainnya dari serangan udara dengan pesawat bertempo sedang.

Terkait dengan kemampuan operasionalnya, sistem pertahanan udara HISAR-O sanggup menyerang tujuan yang berada sejauh 25 km dari permukaan laut, dan rudalnya bisa mencapai altitude maksimum 10 km.

Akan tetapi, sebelum Turki bisa merebut Pangkalan Udara T-4 di Suriah, pesawat tempur Israel melakukan serangan bom pada pangkalan itu guna mencegah Ankara mendapatkan kontrol atas pangkalan udara tersebut.

Pelepasan bom oleh Israel ke pangkalan udara T-4, yang dituntut untuk dikuasai Turki, telah memperparah tensi lebih lanjut antara Ankara dengan Tel Aviv.

Serangan dari pesawat tempur Israel merusak landas pacu, menara kendali, gudang penyimpanan serta pesawat tempur (yang dikuasai Angkatan Udara Suriah) di basis udara tersebut.

" Ini merupakan pesan jelas bahwa Israel tidak akan mentolerir peningkatan keterlibatan Turki," ungkap seorang petugas intelijen yang sudah mengamati gambar-gambar kerusakan itu.

Seorang sumber dari Syria yang berada di dekat Turki menginformasikan kepada Reuters bahwa "(Pangkalan Udara T4) saat ini sudah sepenuhnya tidak bisa difungsikan lagi akibat serangan udara dari pesawat tempur Israel."

Kemenlu Turki menyebut Israel sebagai "ancaman utama bagi keamanan di kawasan."

(oln/dsa/*)

Post a Comment

0 Comments