Terungkap: Rudal R-37 pada Sistem S-400 Russia Penyebab Jatuhnya Jet F-16 Ukraina

Diketahui, Rudal R-37 dari Sistem Pertahanan Udara S-400 Rusia Merupakan Penyebab Jatuhnya Pesawat Tempur F-16 Ukraine

Bisnisia.com Sistem pelindung langit jarak jauh S-400 Triumph disebut-sebut menjadi dalang utama dalam penembakan jatohnya pesawat perang F-16 TNI AU yang dirontokkan oleh pasukan militer Rusia pada hari Sabtu, 12 April 2025. Rudal udara ke udara jenis R-37 juga diduga berperan dalam insiden tersebut.

Saluran TV terkemuka Inggris, BBC, merujuk pada informasi dari sumber pemerintahan Ukraina yang menyebutkan bahwa pesawat tempur F-16 dihancurkan oleh rudal milik Rusia.

"Rusia sudah melepaskan tiga misil menuju pesawat tersebut. Bisa jadi misil-misil itu berasal dari sistem pelindung udara S-400 atau jenis Rudal Udara-Udara R-37," demikian dilaporkan oleh seorang pejabat pemerintah Ukraina seperti diquote. BBC, Minggu (13/4/2025).

Otoritas Ukraina menolak dugaan bahwa kejadian jatuhnya pesawat tempur F-16 itu disebabkan oleh tembakan dari sistem pertahanan rudal mereka sendiri yang menyebabkan insiden "tembak teman".

Pihak Ukraina juga menyatakan bahwa tak terdapat sistem pertahanan udara Ukraina yang dioperasikan di zona kejadian tersebut.

Pada saat bersamaan, Departemen Pertahanan Rusia menyatakan bahwa pesawat tempur F-16 milik Ukraine berhasil dijatuhi oleh rudal darat-ke-udara, namun mereka gagal memberikan informasi lebih lanjut terkait jenis sistem senjata yang dipakai dalam serangan tersebut.

Pada kejadian yang berlangsung pada hari Sabtu (sesuai waktu di Ukraina), seorang pilot dari Pesawat Tempur F-16 milik Angkatan Udara Ukraina meninggal ketika sedang melaksanakan tugas pertempuran tersebut, seperti disampaikan oleh Angkatan Udara Ukraina dalam unggahan resmi mereka di platform Telegram.

Dalam pernyataannya, militer menyebut bahwa mereka sudah memulai investigasi berkaitan dengan kematian sang penerbang berumur 26 tahun, Pavlo Ivanov. Namun demikian, tak ada informasi tambahan yang diberikan seputar kejadian itu.

Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa Ivanov meninggal "di medan perang, berjuangan untuk mempertahankan negaranya dari serbuan tentara Rusia."

Pernyataan tersebut menyebutkan lebih lanjut, "Pesawat Tempur F-16 dari Ukraina menjalankan tugas serangan dengan situasi yang amat sulit hampir setiap harinya."

"Saya begitu tersentuh karena kita mampu mencabutnya dari tugas pertempuran dan memindahkannya untuk mendapatkan latihan ulang pada pesawat F-16. Dia merupakan salah satu dari pilot F-16 Ukraina terdepan – seorang pilot jet tempur yang telah melaksanakan 130 misi serangan udara sebelum ikut program pelatihan kembali," ungkap Wakil Komandan Brigade Penerbangan Taktis ke-299 Angkatan Udara Ukraina, Rostislav Lazarenko, saat merujuk kepada Pavlo Ivanov dalam postingan media sosialnya.

"Anda tak pernah menghindar dari tugas pertempuran manapun, dan saya pribadi kurang yakin ini disebabkan oleh kepercayaan Anda yang besar terhadap saya sebagai pemimpin, atau kepercayaan dalam diri Anda sendiri - karena memang Anda adalah seorang pilot luar biasa," tambah Lazarenko.

F-16 Ukraine Kedua yang Mengalami Kejatuhan

Ini merupakan kerugian kedua yang menyangkut penerbang dan pes awat F-16 sejak Ukraina mendapatkan jets tempurnya itu di bulan Juli tahun 2024.

Kejadian pertama terjadi pada 26 Agustus ketika seorang penerbang handal bernama Oleksii Mes ditembak turun saat usaha menghalangi rudal jelajah dari Rusia yang masuk ke ruang udara bagian barat Ukraina.

Ukraina secara resmi akan mengambil alih pesawat tempur generasi 4+++ F-16 Fighting Falcon dari sekutu NATO mereka pada bulan Juli tahun 2024. Ini diharapkan menjadi momen penting bagi Ukraina dalam usaha meningkatkan kekuatan pertahanannya melawan serangan Rusia yang sudah berjalan sejak tahun 2022.

F-16 milik Ukraina ini didonasikan oleh sejumlah negara Eropa seperti Belanda, Denmark, dan Norwegia. Ini merupakan hasil dari perundingan panjang yang telah dikoordinasi AS dan UE.

dukungan ini mencakup bukan saja pemberian pesawat tempur, tapi juga diselenggarakannya program latihan khusus bagi pilot dan mekanik Ucrania di berbagai negara anggota NATO.

Tahap ini menjadi kali pertama Ukraina mendapatkan kapabilitas pesawat tempur Barat yang secara signifikan lebih canggih dibandingkan dengan flotila udaranya saat ini, mayoritasnya merupakan peralatan dari era Soviet seperti MiG-29 dan Su-27.

F-16, yang memiliki julukan "Fighting Falcon", terkenal dengan kapabilitasnya dalam multi-tugas, keahlian dalam melakukan serangan tepat sasaran, serta dukungan untuk perang elektro dan komunikasi canggih.

Pesawat tempur ini dilengkapi dengan rudal berpemandu canggih seperti AIM-120 AMRAAM dan JDAM, yang memperkuat sistem pertahanan udara Ukraina secara signifikan.

Ahli keamanan mengartikan penyerahan F-16 sebagai sinyal strategis bagi Moskow bahwadukungan militer Barat terhadap Ukraina akan bertahan lama.

Di samping itu, penempatan ulang pesawat-pesawat tersebut diharapkan dapat merombak keseimbangan daya saing udara di daerah tersebut, terlebih lagi dalam usaha Ukraina untuk menjaga ruang angkannya tetap aman dari serangan rudal serta drone tanpa awak produksi Iran yang dimanfaatkan oleh Rusia.

Walaupun jumlah awal pesawat yang dipindahkan masih dibatasi, ini diartikan sebagai tahap permulaan untuk mengintegrasikan sepenuhnya platform NATO kedalam Tentara Nasional Ukraine - suatu gerakan yang mungkin memberi pengaruh besar dan tahan lama kepada situasi keamanan di kawasan Timur Eropa.

Seputar Rudal R-37 Rusia

R-37, yang juga disebut sebagai RVV-BD (Versi Ekspor), merupakan rudal udara ke udara dengan jangkauan panjang dari Rusia. Rudal ini diciptakan khusus untuk menyerang sasarannya di luar jangkauan jauh, seperti bombardir, pesawat AWACS, serta pesawat pengintaian laut.

Diciptakan oleh Vympel NPO, senjata ini merupakan edisi terkini dari rudal R-33 yang dipakai pada pesawat MiG-31.

R-37 dilengkapi dengan sistem pemandu radar aktif dan inersia , serta kemampuan koreksi tengah lintasan, yang memungkinkannya melacak dan menyerang target secara akurat bahkan pada kecepatan supersonik.

Rudal ini dapat mengincar sasaran dengan jarak antara 300 sampai 400 kilometer bergantung pada profil penerbangannya, menjadikan senjata tersebut sebagai salah satu rudal udara ke udara yang paling mematikan dari segi kemampuan mencapai jarak tempur.

R-37 saat ini digunakan oleh jet tempur Rusia modern seperti MiG-31BM dan Su-35 , dan dilaporkan juga digunakan dalam konflik Ukraina-Rusia untuk menyerang target bernilai tinggi dari jarak jauh, termasuk jet tempur Ukraina yang tidak mengantisipasi ancaman dari luar jangkauan radar normal.

Keahlian mereka dalam melakukan serangan dari luar sistem pertahanan udara lawan menghasilkan keunggulan strategis bagi Angkatan Udara Rusia, terutama pada konflik udara jarak jauh serta misi yang melibatkan prinsip "deteksi awal, tembak awal, hancurkan awal."

Sejumlah waktu yang lalu, sebuah sumber asal Rusia menyatakan bahwa jet tempur Su-27 milik Ukraina terjungkal di wilayah Pokrovsk dalam oblast Donetsk akibat serangan dari pesawat Su-30SM2 buatan Rusia. Serangan tersebut dilancarkan dengan rudal udara ke udara berjenis R-37M pada jarak mencapai 130 kilometer.

Sumber-sumber di Ukraina menyatakan bahwa penerbang Su-27, Kapten Ivan Bolotov, tidak "kembali dari tugasnya." Kapten Ivan Bolotov berusia 24 tahun.

Seorang sumber yang di dukung oleh Rusia menyatakan bahwa pesawat Sukhoi Su-27 milik Ukraine berhasil ditembak jatuh dengan menggunakan rudal udara ke udara berjangka panjang bernama R-37M. Rudal tersebut dilepaskan melalui pesawat tempur Su-30SM2 angkatan laut Rusia dan menargetkan Su-27 dari ketinggian kurang lebih 130 kilometer.

Analisis militer menyebutkan bahwa misil R-37, dengan kapasitas tembakan hingga 300 kilometer, membawa dampak besar terhadap pesawat tempur Ukraina yang bertindak di zona konflik.

Diketahui Moskow telah menambahkan penggunaan rudal udara ke udara dengan jangkauan panjang seperti R-37M agar pesawar tempur mereka dapat menjaga jarak dari wilayah udara Ukraina bagian tengah dan barat. Wilayah ini sangat terkontrol oleh sistem pertahanan udara Ukraina serta dipantau erat oleh pesawat peringatan dini NATO.

Terkait Sistem Peluncur S-400 Triumf

S-400 “Triumf” adalah sistem pertahanan udara jarak jauh tercanggih Rusia yang dirancang untuk mendeteksi, melacak, dan menghancurkan berbagai target udara termasuk pesawat tempur, rudal balistik, rudal jelajah, dan drone.

Dirancang oleh Almaz-Antey, sistem ini adalah perbaruan dari S-300 dan resmi digunakan oleh TNI Angkatan Darat Rusia sejak tahun 2007.

Sistem S-400 dilengkapi dengan kemampuan luar biasa untuk mengelola empat tipe peluru kendali yang berbeda dalam satu platform, memberikan daya rusak kepada ancaman di beragam jarak mulai dari 40 km sampai 400 km serta dapat mencapai ketinggian hingga 30 km. Hal ini menjadikannya sebagai salah satu senjata pertahanan udara paling canggih di seluruh dunia.

Ia menggunakan radar array bertahap yang canggih untuk mendeteksi hingga 300 target secara bersamaan dan menyerang hingga 36 target pada satu waktu .

Sistem S-400 sudah dijual ke sejumlah negara seperti China, India, dan Turki, dan kedatangan alutsista ini kerapkali menimbulkan ketakutan geopolitik, termasuk sanksi dari Amerika Serikat sesuai dengan Undang-Undang CAATSA untuk negara-negara pembelinya.

Jarak tempuhnya yang luas, ketepatan yang unggul, serta kemudahannya dalam menghadapi pelbagai jenis ancaman membuat sistem S-400 menjadi pertahanan udara kunci dalam taktik peperangan kontemporer di Rusia.

Post a Comment

0 Comments